Pertanyaan itu mungkin hanya Tuhan yang punya jawaban.
Mungkin ini waktu-ku untuk pulang. Bukan perkara usia yang mengharuskan begitu, tapi banyak hal lain.
Ibu ku mungkin sudah gatal ingin medandani cucu perempuannya yang cantik, atau ayahku mungkin ingin segera "berkelahi" dengan cucu laki-lakinya yang nakal.
Itu salah satu alasanku bersiap untuk "pensiun" dari petualanganku sendiri. dan ternyata masih banyak alasan lain.
Mungkin terasa lucu ketika aku gemetaran menahan panik ketika mengucap kalimat "Saya terima nikahnya........" dan debaran menunggu satu kata berikutnya "SAH" dan tepuk tangan kemudian.
Atau juga akan terdengar seru ketika bangun tidur aku bicara pelan di ruang tv kepadamu "Bun, kopi ayah mana?"
Atau ketika kalimat saru sederhana terucap "Bun, bobok yuk..?!"
Atau ketika anak-anak kita berkelahi dan kemudian menangis.
Atau ketika anak-anak merengek meminta seonggok mainan yang padahal (mungkin) isi dompetku hanya gambar pahlawan kesiangan.
Atau ketika kita menggelar gulungan tikar di minggu pagi di atas rumput taman sederhana. Menikmati tawa kita, serta bahagia anak-anak yang bebas. dan roti isi keju dan sebotol susu dan kita yang tenang dalam bahagia. terdengar keren.
Atau ketika pelukan kecil ketika terjaga di pagi bebas yang lagi-lagi (mungkin) berhasil menenangkan, menyenangkan dan memenangkan.
Seperti sengaja atau tidak, aku sedang dalam situasi yang lucu saat ini. Aku sedang tidak patah hati, pun tidak sedang jatuh cinta. Aku benar-benar sedang bersiap untuk jatuh cinta pada orang dan waktu yang tepat. Untuk apa? Untuk setiap harapan yang aku tulis di paragraf atas.
Kini aku melepaskan waktu untuk sesegera mungkin menentukan kamu, hari dan musik apa yang akan didendangkan di hari bersejarah, nanti. Untuk kemudian menghabiskan banyak waktu bersama perempuan yang asik untuk diajak bicara sampai rambut penuh memutih, sampai kaki sempoyongan untuk melangkah.
Karena ada banyak yang tak terelakan di dunia, salah satunya waktu. Siapa yang berani berkelahi dengan waktu? aku, kamu, dia, atau mereka? tak ada.
Kita akan menyerah pada waktu pada saatnya, ini saatku? mungkin. Aku berusaha memunculkan pertanyaan ,ini masalah waktu atau masalah sikap. Untuk apa? untuk seru ada yang kita pertanyakan bahkan mungkin persalahkan.
Terlalu banyak tanda tanya yang muncul di tulisanku kali ini, yah? Karena hidup memang tanda tanya, dan hati adalah misteri. Dan siapa yang akan menentukan Aku, kamu, kita dalam sahih kata-kata dan rumitnya tanda tanya? Tuhan atau kita sendiri? Rahasia.
Boi, keren. Salut.
ReplyDeletejarang banget aku ngeliat lelaki yang mengangkat hal macam ini (atau aku yang nggak pernah baca?).
ReplyDeletekeren, mas.. :)
ditunggu undangannya kk :D
ReplyDeleteHaha. Terima kasih. Kalian juga keren!
ReplyDeletewah aku jarang loh laki2 ngangkat soal nikah ;p terus tulisannyaaaaa keren ;p
ReplyDeleteini tulisan keren, "galau" hari pernikahan dengan elegan :)
ReplyDeleteke..ke..keren (y)
ReplyDelete