Thursday, July 18, 2019

Hey, gadis pesta.

Hey, gadis pesta. Sudah selesai bersenang-senangmu? Segeralah pulang. Secangkir teh hangat sudah menunggu.
Hey, gadis pesta. Sudahkah meneguk air mata dalam keriuhan kata-kata. Semoga tak luka dan menduka.
Hey, gadis pesta. Tetap tinggal dan belajarlah berjuang, karena aku kehausan untuk berlarian lalu lalang sendirian.
Hey, gadis pesta. Apakah kita cermin? Saling memantulkan kenakalan.
Hey, gadis pesta. Jika kau bukan pasir yang tak mungkin digenggam, lalu apa yang mengikatmu saat aku membalik telapak?
Hey, gadis pesta. Hapus airmatamu. Masa lalu hanya bisu tergerus waktu.
Hey, gadis pesta. Jika kau tak segera pulang, aku segera hilang.

Hey, gadis pesta. Engkau memang tak sempurna, tapi kau layak ditunggu.
Hey, gadis pesta. masih sudikah menggenggam tanganku ketika berjalan dikeramaian? Dengan gaya berjalanku, yang kau tahu seperti apa.

Hey, gadis pesta. Segeralah pulang, atau hilang. Aku menunggumu dibatas tawa dan airmata.
Hey, gadis pesta. Masihkah kau seperti dulu, memarahiku ketika aku terlalu sering makan mie dan minum teh dalam botol?

Hey, gadis pesta. Aku menunggumu dirumah pohon. Dirindang tajuk kerinduan. Mengakar kuat rasa sayang.


Friday, February 14, 2014

Perempuanku

Puan,
Percayalah, kita bukan satu-satu-nya yang menggadaikan waktu dan jarak demi keyakinan.
kita hanya salah dua nya.

Kita berani menantang jarak dan mereka yang berkata ini akan sia-sia.
Ingat puan, kita tidak berdansa dibawah ketukan yang orang lain mainkan, kita adalah kita yang bergoyang ria dibawah ritme kita sendiri.

Hari-hari kita bergelut rindu, menanti pulang peluk kecut tiba.
Bagi kita, surat elektronik adalah sarapan paling lezat, alunan suara di telepon genggam adalah nikmat makan siang, canggih audio visual adalah yang mengenyangkan di malam hari.
Dan bahagia ketika berjumpa yang luar biasa. Sesederhana itu.

Kita tak selalu bersahut kata sambil bertatap muka, menceritakan hari-hari dengan cara yang berbeda dari mereka. Kita tetap senang, bukan begitu sayang?

Puan,
Aku segera pulang, merekahkan cumbu-cumbu sederhana, menghabiskan minggu pagi ditaman senang, secangkir teh hangat dan roti isi kacang, seperti biasa kita.
Kita legalisasikan manja, berpeluk ria dalam tawa dimuka dunia, lagi-lagi persetan mereka yang banyak kata. Ini bahagia aku dan kamu, bukan mereka.

Dan terimakasih untuk bertahan dari aku yang semenyebalkan ini, dari aku yang masih betah dengan ego penghujung muda dan bahayaku, dan dari aku dengan sisa-sisa nakalku. Sebentar lagi sayang, sebentar lagi.

Puan,
Suatu hari nanti aku akan bersimpuh satu shaf didepanmu, dan kamu yang bersiap mencium tanganku dengan doa. Mensahihkan kita tak hanya kata.

Dan teruntuk Tuhan, jika merindukannya adalah dosa, lagi-lagi aku siap masuk neraka.


Karya Ronanda Utama

Thursday, December 12, 2013

Aimless

The moment when you have almost everything yet you feel the emptiness. And all of sudden everything you got has no meaning.

The moment when you see your peers are running to their goal and you're just sitting and wondering what do you want in life.

The moment when you see life is just a life. You become slave of your routine. And you only follow the stream.

And the moment when you have everything except one.. Life.

I've learned the way to stay consistent in the earth is having a plan. Without it you'll feel aimless and don't know where to start.

Life is simple as if we have a purpose, something to fight or to hold on.

And what man needs in life? Someone to sleep with. And, for him to wake up and do his best.

- Yogarama. 2013

Thursday, June 27, 2013

I LOVE YOU

Tuhan memang Maha bercanda, DIA membalas doa-doaku dengan lawakan-lawakan sederhana yang aku butuhkan.
Dia tidak mengirimkan bidadari berwajah cantik, berbadan sexy atau berperilaku sempurna. Dia mengirimkan calon istri dan calon ibu sederhana untuk anak-anakku yang paling tepat dan aku butuhkan, yang siap membuatkan aku kopi hitam panas di pagi hari, menyiapkan baju kerjaku, menggorengkan telor mata sapi setengah matang kegemaranku dan memberikan aku kecupan hangat agar terjaga segera.


Tuhan mengirimkannya tiba-tiba, lebih cepat dari titipan kilat atau petugas kantor pos yang mengetuk pintu rumah, dia datang begitu saja, tanpa rencana, tanpa tedeng aling-aling, tanpa harapan, tapi penuh cinta. Ini yang aku sering sebut "Jatuh cinta selalu datang tepat waktu. Takkan terlambat seperti polisi india, atau terlalu cepat seperti ejakulasi dini".


Tanpa banyak kata, tanpa banyak kesepakatan, tiba-tiba aku jatuh cinta. Hati dan otak seperti menggumam "Perempuan ini yang kita tunggu." Seperti tiba pada saat yang seharusnya, aku dengan lantang memutuskan dia yang terakhir, yang pada akhirnya akan menjadi satu-satunya lawan bicara untuk detik demi detik penghabisan, menjadi kantung semang yang oleh anak-anakku dipanggil bunda, oleh aku yang akan dirapihkan hidupnya yang berantakan. Dia akan menjadi itu, menjadi penerang untuk aku menentukan arah, menjadikan rangkaian titik titik menjadi garis kehidupan tanpa batas.


Dia mungkin tidak sempurna untuk rata-rata ekspektasi ego laki-laki. Tapi untukku, dia adalah yang paling aku butuhkan dan secara syarat dan ketentuan dialah yang paling memenuhi inginku.

Aku akan sesegera mungkin menantang hidupku selanjutnya dengan bicara pada ayahnya "Yah, aku serius dengan anakmu. Aku akan segera membawa orangtua ku dan mereka akan melamarkan dia untukku." Ini memang tidak mudah, terlebih untuk tipikal laki-laki konyol seperti aku, yang menganggap hidup ini hanya becandaan. Tapi aku akan lakukan, segera.

Aku telah tiba pada saatku berspekulasi tentang masa depan, tidak lagi mengkedepankan ego atau keinginan konyol yang takkan pernah ada habisnya. Dia yang akhirnya memastikan derap langkah dua orang berlainan tapi satu tujuan adalah jauh lebih indah ketimbang sendirian. Aku tak lagi hanya ingin singgah di hati perempuan ini, aku ingin tinggal, aku ingin membuat dapur untuk menanak nasi, men-cat kamar dengan warna warni, membuat halaman depan menjadi taman dengan ikan-ikan yang lupa tidur. Aku ingin dia.


Aku tak berani menjanjikan kelimpahan, aku hanya menjanjikan kesenangan. 


Semoga setiap hari kita akan selalu jatuh cinta seperti biasa, sampai nanti perutku semakin membuncit, rambutku semakin beruban, sampai nafasku terengah engah ketika berjalan dan sampai nanti satu kepastian Tuhan datang menjemputku pulang. Dan semoga pelukan dan kecupan hangat akan selalu merajai hari-hari kita kedepan, bukan emosi atau amarah.


Ini aku, dengan segala kelemahanku, menuturkan kata cinta sederhana untukmu. I LOVE YOU.

Wednesday, May 15, 2013

Aku, kamu, kita, kata, tanda tanya

Siapa kamu yang akan jadi yang terakhir?
Pertanyaan itu mungkin hanya Tuhan yang punya jawaban.


Setiap laki-laki adalah petualang, dan akan ada satu rumah yang akan dia tuju untuk akhirnya pulang.

Mungkin ini waktu-ku untuk pulang. Bukan perkara usia yang mengharuskan begitu, tapi banyak hal lain.
Ibu ku mungkin sudah gatal ingin medandani cucu perempuannya yang cantik, atau ayahku mungkin ingin segera "berkelahi" dengan cucu laki-lakinya yang nakal.
Itu salah satu alasanku bersiap untuk "pensiun" dari petualanganku sendiri. dan ternyata masih banyak alasan lain.

Mungkin terasa lucu ketika aku gemetaran menahan panik ketika mengucap kalimat "Saya terima nikahnya........" dan debaran menunggu satu kata berikutnya "SAH" dan tepuk tangan kemudian.
Atau juga akan terdengar seru ketika bangun tidur aku bicara pelan di ruang tv kepadamu "Bun, kopi ayah mana?"
Atau ketika kalimat saru sederhana terucap "Bun, bobok yuk..?!"
Atau ketika anak-anak kita berkelahi dan kemudian menangis.
Atau ketika anak-anak merengek meminta seonggok mainan yang padahal (mungkin) isi dompetku hanya gambar pahlawan kesiangan.
Atau ketika kita menggelar gulungan tikar di minggu pagi di atas rumput taman sederhana. Menikmati tawa kita, serta bahagia anak-anak yang bebas. dan roti isi keju dan sebotol susu dan kita yang tenang dalam bahagia. terdengar keren.
Atau ketika pelukan kecil ketika terjaga di pagi bebas yang lagi-lagi (mungkin) berhasil menenangkan, menyenangkan dan memenangkan.

Seperti sengaja atau tidak, aku sedang dalam situasi yang lucu saat ini. Aku sedang tidak patah hati, pun tidak sedang jatuh cinta. Aku benar-benar sedang bersiap untuk jatuh cinta pada orang dan waktu yang tepat. Untuk apa? Untuk setiap harapan yang aku tulis di paragraf atas.

Kini aku melepaskan waktu untuk sesegera mungkin menentukan kamu, hari dan musik apa yang akan didendangkan di hari bersejarah, nanti. Untuk kemudian menghabiskan banyak waktu bersama perempuan yang asik untuk diajak bicara sampai rambut penuh memutih, sampai kaki sempoyongan untuk melangkah.

Dalam hati kecilku yang kadang aku bingung dimana posisinya, dia atas perut atau di dada kiri, aku masih ingin semauku, tapi aku sadar, mau sampai kapan?
Karena ada banyak yang tak terelakan di dunia, salah satunya waktu. Siapa yang berani berkelahi dengan waktu? aku, kamu, dia, atau mereka? tak ada.
Kita akan menyerah pada waktu pada saatnya, ini saatku? mungkin. Aku berusaha memunculkan pertanyaan ,ini masalah waktu atau masalah sikap. Untuk apa? untuk seru ada yang kita pertanyakan bahkan mungkin persalahkan.

Terlalu banyak tanda tanya yang muncul di tulisanku kali ini, yah? Karena hidup memang tanda tanya, dan hati adalah misteri. Dan siapa yang akan menentukan Aku, kamu, kita dalam sahih kata-kata dan rumitnya tanda tanya? Tuhan atau kita sendiri? Rahasia.

Thursday, May 2, 2013

MEMORIES

Kembali ke masa lalu itu seru. Akan banyak gelak tawa dan kadang haru biru seketika saat kita menguak memori dibalik secarik foto. Itu hebatnya photografi, mengabadikan moment, mengingatkan otak kita untuk kembali pada saat itu, saat yang kadang kita harus bersusah payah mengingat detailnya.
Waktu selalu berlalu, dan orang bilang mesin waktu sampai saat ini belum ditemukan? menurutku sudah. foto adalah salah satunya.

Aku akan mengunggah beberapa kenangan kampus yang tergerus roda kehidupan. halah

HERE WE GO....!!!

Ini moment-moment pertama kuliah





Ini lagi berbagi sama anak jalanan




Ini moment praktek lapangan








Ini moment liburan sekaligus praktek










Ini waktu jenguk evo gara-gara keracunan puntung rokok dalam asbak




Ini moment paling menyenangkan dari kuliah. Nongkrong!.








Ini Moment Praktek Kerja Lapangan pas ngumpul di bandung, Yasaalaaaamm. kucel.




Ini moment seminar dan sidang





Ini moment persiapaan wisuda




Ini moment paling berharga. Lempar toga sewaan!



Ini moment perpisahan


Ini setelah lulus, moment-moment pengangguran



Ini moment kumpul setelah lulus dan bersenang-senang di tempatnya masing-masing





Sekarang moment-ku  disini, dengan segerombol pasukan yang dengan gagah memanggilku, Komandan!












Thursday, April 4, 2013

Titik

Aku duduk dalam keheningan bangku taman, memikirkan keseimbangan yang sepertinya lebih berat ke kanan. Bukan fasis. Ini bahkan sama sekali bukan tentang ideologi yang kanan kiri atau atas bawah. Ini tentang aku, kamu dan Tuhan.

5 menit yang lalu aku terbahak dalam lingkup kepalsuan. Aku sedang tidak seimbang. Sedang berpikir keras kemana aku langkahkan kaki ku berikutnya.

Orang bilang hidup itu seperti roda. Roda-roda gila yang bisa berputar secepat apa entah. Mengalahkan kecepatan suara. Meledak tiba-tiba tanpa sebelumnya bergeming untuk mengingatkan.

Ini tentang keraguan. Dihadapan gelas-gelas berserakan aku berdoa.

Aku sedang bertemu dan berdiskusi dengan kejenuhan. Menghantarkan aku pada titik, titik kedigdayaan kekuatan alam yang mengecilkan aku. Sendiri.

Karena ritme derap kaki yang sama, maka aku harus merubah ini.
 
Aku sampai pada fase ku berikutnya, fase untuk bertanggung jawab. Paling tidak untuk diriku sendiri.

Aku akan memulai ini dengan aku, kamu dan Tuhan.

Oia, aku sudah mengutus rindu lewat hujan untukmu. Sudah kau rasakan?
Aku belum tahu siapa kamu yang menjadi kita berikutnya, dan harapan kecil ini adalah kita yang terakhir. Bukan lagi yang hanya sebentar menjadi kita kemudian lama menjadi aku dan kamu.

Aku tidak ingin lagi main-main dalam "kita".

Aku percaya.
Jatuh cinta selalu datang tepat waktu, tidak pernah terlambat seperti polisi india, atau datang terlalu cepat seperti ejakulasi dini.

Aku menunggu janji ketepatan waktu untuk benar-benar jatuh. Untuk menghabiskan hari-hari kita, kemarin, hari ini, esok dan selamanya.

Dan ini saat yang tepat untuk jatuh cinta (kembali).