Sunday, March 6, 2011

Trilogi "Mengejar Bogor" Episode #3

        Maafkan saya karna sedikit lama menunda tulisan ke tiga ini, terutama untuk anda yang menunggu ,bagi anda yang tidak menunggu pun saya minta maaf karna saya juga tidak mnyuruh anda menunggu..
        Hey bogor,, anda begitu indah dengan mayoritas warna hijau dan biru, angkot yang melaju tak ber-etika membuat anda nampak lebih manis. Tapi sayang seribu sayang, gundah gulana, gundala putra petir saya tak bisa lama menyapa anda. Tak apa lah, bertemu anda sejenakpun sudah jadi anugrah buat saya..
        Sore itu setelah bertemu papih mamih aka bapak ibu, ada janji yang harus di tepati. Bertemu kawan-kawan seperjuangan sejak jaman jepang, ni made santi dan kawan2 sedang bersuka ria di mall hanya beberapa jam setelah mereka turun gunung gede, kan aneh pulang naik gunung kini naek lift di mall?? Rancu memang anak2 muda ini.. Terasa sangat asik ketika menginjakan kaki di dalam mall, bukan karna norak belum pernah masuk mall, tp karna banyak gadis cantik didalam sana, yang tentu tak pernah saya temukan dihutan belantara sumatra.
      Rasa bahagia melihat kawan lama yang sudah lama tak bersua, hanya via telpon dan koneksi dunia maya. Senyum itu tak berubah, Ni made santi, Eri khariyah dan Muhammad azril, tiga orang kawan ketika masih jadi mahasiswa, berpanas ria dijalanan ketika jadi relawan dadakan, hingga buat acara amal untuk para pengamen jalanan, padahal mereka bukan kawan 1 kampus, bahkan Ni made santi ketika itu masih bangga dengan putih abu-abunya.haha entah kenal dari mana mereka itu, seingatku dari pemilik celoteh cangkem daoenbungkus Ari Yudistira, mantan tandem di Pelita Jaya.
         Rindu itu kami habiskan di 2 mall berbeda d kota bogor, hanya sekedar tertawa, berfoto dan minum kopi yang tidak sedap rasanya. Tapi itu cukup memenuhi rasa kangen ku pada sahabat-sahabat sebatang rokok dan secangkir kopi. Magrib itu kawan seperjuangan lainnya (kali ini jaman majapahit) menunggu datangnya saya ke markas PKI, saya pun pamit pada kawan2 jaman perang dan meluncur ke kawan2 jaman kerajaan. Yoga Rama Sukmawan dan Dedi Herlino menunggu di ujung sukasari, tak lama juga bersua mereka karna waktu sudah mulai larut dan sebuah nada dari handphone berdenting, ternyata sms yang isinya "aa dimana? Pulang ga?" Bapak ku mengirim pesan singkat, dia masih kangen dan saya pun begitu.
         Waduuhh,, ada 1 janji lagi yang belum saya penuhi, kawan2 dari jambi meminta saya menjadi guide (pemandu) mereka dibogor, jalan-jalan itu kata yang mereka ucapkan. Bagaimana ini, waktu sudah larut dan saya tahu takkan banyak waktu tersisa dengan keluarga, akhirnya saya pulang dengan sedikit perasaan bersalah. Benar saja sampai rumah ternyata ada acara maulidan (maulud nabi) di mesjid tepat samping rumah, tempat terdekat dari rumah yang mungkin paling jarang saya singgahi (baim malu, maafkan baim y allah), hanya sebentar bertemu orng tua dan baru bertemu lagi subuh esok harinya.
        Subuh itu saya dianter ke rmah bos besar dan meluncur ke kantor pusat di jakarta, wuiihhh dari kantor kehutanan sebesar itu hanya saya yang pakai baju hijau kebesaran sang penjaga hutan.hahaha bertemu beberapa kawan lama disana, yang mngkin sudah puluhan tahun tak bersua.. Usut punya usut barang yang harus kami ambil ternyata ada di bogor, hahaha bodoh memang. Akhirnya kami kembali ke bogor dan menunggu hingga sore karna barangnya ternyata sudah di kirim ke jakarta dan akhirnya di bawa lagi ke bogor, haha.. Kan lebih doglo, entah siapa yang doglo yang pasti dilarang saling menyalahkan. 
        Setelah mempacking barang yang banyaknya sangat banyak itu hingga 2 mobil yang kami bawa lebih penuh dari kereta api di saat jam pulang kerja, akhirnya saya duduk berdua dengan kardus2 di samping saya dan saya beri judul "aku dan kardus". Tadinya kawan saya mau beli kelinci dipingiran kebun raya, untung tak jadi, coba kalau jadi pasti judulnya "antara aku, kardus dan kelinci".hahhaha
       Berat memang perjuangan anak rantau yang ingin pulang kampung, dari harus menunggu 24 jam di kendaraan sampai bersanding dengan kardus.hhhffftt.. Tapi saya syukuri setiap detik yang terjadi, karna hanya itu yang kita lakukan sebagai manusia. Malam itu langsung kami meluncur "Back to Jambi", saya pikir saya hanya akan jadi pemain cadangan mati seperti pemain-pemain muda yang dibeli real madrid, tapi akhirnya saya diturunkan juga senagai pembalap pengganti ketika tiba di pelabuhan bakawuni dan saya menjadi pembalap sampai kota bandar lampung, menggantikan para pemain bintang yang sok kuat padahal mereka lelah juga ujungnya.haha
        Itulah perjalanan Jambi-Bogor dan Bogor-Jambi jalur darat pertama saya, menyenangkan dan banyak pengalaman yang didapat. Semoga lain kali lebih jauh menyenangkan dan jauh lebih lama singgah di bogor.
         Rindu ini untuk keluarga dan para sahabat sebatang rokok dan secangkir kopi..

TAMAT...


note : untuk Dearesty Herdilawati maafkan saya karna tak  jadi menemui anda. saya janji ketika pulang berikutnya saya pasti akan bertemu anda dan kawan2 seperjuangan kita ketika masih menjadi "Pahlawan Devisa". salam olah raga..

Wassallam

Ronanda Luiz Nasario Da Lima Utama

4 comments:

  1. halooo haloo..
    terimakasih telah menuliskan "saya" dalam cerita ini..
    semoga ada pertemuan yang lain yg lebih lama dan indah :)

    ReplyDelete
  2. okeh,, kita dulu-duluan.. saya yang ke jogja atau anda yang ke jambi. hayoo yang duluan dapet hadiah spesial..

    ReplyDelete
  3. dearesty cantik sekali sepanjang hariMarch 10, 2011 at 7:47 PM

    iyah ronanda utama tmn seperjuangan ku saat di rmh bordiran...kangen...

    ReplyDelete
  4. @dearesty,, hahaha okeh nanti kita pasti bersua, doakan saja tuhan merestui,,

    ReplyDelete